Setelah mengikuti sebuah diskusi politik di Pekanbaru, seorang teman pernah bertanya kepada saya begini, "jika kepada anda disuruh memilih satu diantara dua pilihan berikut, mana yang anda pilih, pilih KONSISTEN atau pilih BENAR?". Lama juga saya tercenung memandangi teman saya ini. Dalam juga pertanyaan kawan ini, pikir saya.
Kedua kata itu rasanya memang mempunyai implikasi tersendiri. Konsisten menjadikan orang teguh memegang dan mempertahankan prinsip. Ia merupakan sikap. Padanannya barangkali ISTIQAMAH dalam bahasa arab. Sedangkan "benar" atau "kebenaran" lebih merupakan keyakinan hati terhadap suatu yang diyakini dapat menimbulkan kemaslahatan bersama. Tidak ada keraguan didalamnya. Keduanya saling memerlukan untuk dapat tumbuh maksimal dalam mencapai tatanan sosial masyarakat yang dicita-citakan yakni BALDATUN THAYIBATUN WA RABBUN GHAFUR.
Kekonsistenan saja tanpa mempertimbangkan prinsip-prinsip kebenaran hanya akan melahirkan sikap egoistis bahkan cenderung otoriter. Sementara kebenaran tapi tidak konsisten hanya akan dicap sebagai orang yang plin plan, tidak memiliki prinsip. "Benar-benar konsisten" atau "konsisten benar" belum lah merupakan sebuah prinsip sempurna. Lain halnya dengan "KONSISTEN DALAM KEBENARAN", ia akan melahirkan sikap mental yang lebih mendekati sempurna. Semestinya inilah prinsip itu. Jadi bukan "konsisten" atau "benar" itu yang prinsip. Keduanya hanyalah sikap: bersikap konsisten; bersikap benar. Yang jadi prinsip adalah konsisten dalam kebenaran tadi.
Sekarang bagaimana jika kedua unsur itu saling berbenturan/ bertentangan. Salah satu harus dipilih. Memilih konsisten dalam mempertahankan pendapat/ sikap yang belakangan kita sadari kekeliruan/ kesalahannya atau, memilih kebenaran dan mengubah pendapat serta mengakui kekeliruannya yang berakibat pada ketidak konsistenan? Meskipun kemungkinan banyak yang akan memilih opsi kedua tapi saya pikir berat juga melaksanakannya. Wah saya sudah "dijebak" oleh kawan saya ini.
Didalam Islam terdapat juga perintah untuk kedua sikap ini. Kita diperintah untuk menegakkan kebenaran. Kita juga diperintah untuk bersikap istiqamah. Namun perintah untuk menegakkan kebenaran selalu lebih dahulu, lebih utama dan lebih ditegaskan. SAMPAIKANLAH KEBENARAN ITU MESKIPUN PAHIT.
Sekarang, jika kepada anda dihadapkan pertanyaan seperti tadi, bagaimana pendapat anda? Apakah anda akan memilih "benar" atau "konsisten"? Tapi salah satu ya.
3 komentar:
Konsisten pada ketidakbenaran jelas merupakan sesuatu yang bukan saja salah tetapi bodoh. Tetapi masalahnya, kadangkala kebenaran itu menjadi relatif. Sesuatu yang benar menurut kita barangkali menjadi tidak benar menurut orang lain. Itulah masalahnya. Apalagi menyangkut kebijakan yang kadangkala:
1. hasilnya baru bisa dilihat dalam beberapa tahun ke depan.
2. Faktanya bisa diputarbalikkan, misalnya oleh media dan publikasi.
Konsisten dalam kebenaran/istiqamah seharusnya menjadi mutlak meski kebenaran itu terkadang harus melawan/menentang arus. Namun, hal itu sangat sulit diterapkan.
konsisten itu hanya ukuran yang di buat manusia untuk memastikan sesuatu berjalan dengan yang seharusnya. Banyak hal yag kita lihat konsisten, tetapi sebenarnya itu masih tidak konsiste. alam pun terkadang memperlihatkan ke-tidak-konsistenannya.
melakukan hal yang tidak konsisten itu adalah hal yag wajar. Memang sifat manusia untuk tidak konsisten(maybe).
Kebenaran bersifat mutlak,kebaikanlah yang bersifat relatif.BAIK disalah satu sisi belum tau BAIK di sisi yang lain.Sebaliknya kebenaran tetap akan tetap utuh disetiap sisi.konsisten dalam kebenaran menjadi keharusan bagi setiap orang yang menjunjung tinggi kebenaran itu sendiri.sebaliknya ketidakkonsistenan boleh dilakukan ketika kita menyadari ada ketidakbenaran yang terjadi disekitar kita.
Posting Komentar