SELAMAT DATANG..!

Terima kasih anda telah mengunjungi blog PERANAP.COM

Mari berbagi pengalaman dan pendapat disini ...

banyaklah buah perkara buah
buah mengkudu lekat di batang
banyaklah tuah perkara tuah
tuah melayu berkasih sayang..

Minggu, 05 Desember 2010

MUSIM HUJAN, JALANAN KITA MAKIN MEMPRIHATINKAN

Memasuki musim penghujan sekarang ini, ada beberapa hal yang agak memprihatinkan dan merisaukan kita. yaitu tentang jalan.

Seperti sama-sama kita maklumi, sebagian masyarakat Peranap menggantungkan mata pencaharian mereka di daerah Serangge, Pesajian, Punti Kayu, Simpang Lubuk Kandis, sungai Ubo dan daerah lainnya yang memang terletak agak jauh di bagian dalam Kecamatan Peranap.

Mereka-mereka ini ada yang memang menetap di daerah yang disebutkan tadi, namun ada pula yang "berulang" dari wilayah Peranap bagian "bawah" alias sekitar Pasar peranap. Meraka yang tinggal di daerah "atas" tadi menggunaka jalan untuk mengangkut hasil kebun mereka ke pabrik kelapa sawit dan ke juragan getah/karet di daerah "bawah", sementara mereka yang tinggal di "bawah" menggunakan jalanan ini untuk berdagang/ berjualan ke daerah "atas" tersebut. Hal ini biasa disebut orang Peranap dengan istilah BABELOK.

Kembali kepada persoalan jalan, mereka yang relatif sering menggunakan jalan seperti disebutkan diatas tadi, sekarang sering mengeluhkan kondisi jalan yang saban hari harus mereka lalui.

Keadaan ini disebabkan oleh adanya aktifitas transportasi truk kayu bertonase besar yang kerap melalui jalanan tersebut dimusim penghujan seperti sekarang ini. Pada waktu biasanya saja jalanan sudah parah oleh kegiatan lalu lalang truk ini, apalagi dimusim hujan seperti sekarang? begitu rata-rata kata masyarakat.

Tidak jarang, para pedagang yang kebanyakan ibu-ibu ini mesti menginap di jalanan di atas truk yang mengangkut mereka sebelum sampai ditujuan. Bahkan terkadang bisa mencapai dua malam atau lebih.
Hal ini ini kelihatannya sepele, namun menyangkut juga hajat hidup sebagian masyarakat kita.
Namun apalah daya kita, para pengambil kebijakan sepertinya tutup mata saja denga keadaan ini. sungguh ironi....

semoga setelah membaca postingan ini,(itu pun kalau ada yang baca), para pengambil kebijakan dapat lebih memperhatikan hal-hak seperti ini

Selasa, 22 Juni 2010

PADANG MAKMUR

Padang Makmur, demikian insyaallah nama desa baru yang akan hadir di Kecamatan Peranap.

Adalah masyarakat di dua RW yakni RW 04 (sidodadi) dan RW 06 (lembah sago) yang beberapa waktu lalu mengadakan musyawarah untuk memekarkan wilayah dalam Kelurahan Peranap ini menjadi desa baru. Musyawarah yang dihadiri Bapak Lurah Peranap, Zainal Abidin, ini melahirkan beberapa point penting. Diantaranya, pertama,
warga di dua RW ini bersepakat untuk mendirikan sebuah desa baru yang mandiri. Kedua, desa yang akan dibentuk tersebut diberi nama PADANG MAKMUR. Diambil dari nama daerah Padang Timah, sebuah pusat pengembalaan ternak di Kelurahan Peranap, yang mudah-mudahan menjadi lebih makmur sebagaimana namanya.

Tersebutlah beberapa nama sebagai penggagas dan motor dari pemekaran ini. Mereka antara lain Bapak Lurah Peranap Zainal Abidin, M. Taher, Ratman, Raja Thamrin, Agus Fanri. Saya sendiri diamanahi menjadi sekretaris panitia pemekaran.

Apa yang menarik dari pemekaran wilayah ini?
Menurut saya, pemekaran tentulah memiliki tujuan agar wilayah yang dimekarkan dapat menjadi lebih sejahtera dari sebelumnya. Kehidupan bermasyarakat jadi lebih baik, beban masyarakat lebih ringan dan tata kelola pemerintahan menjadi lebih singkat dan cepat.

Dilihat dari aspek dan faktor pendukung, wilayah Padang Makmur ini memang memiliki sejumlah potensi. Empat buah tempat ibadah (Masjid/ Mushallah) berada di wilayah ini dari sekitar 18 yang terdapat di Kelurahan Peranap. Jarak ke Pasar Peranap hanya 0,5 km. Sekolah dan fasilitas olahraga untuk pemuda cukup memadai. Jarak ke Tempat Pemakaman Umum sekitar 500 meter. Jarak ke pusat kecamatan lebih kurang 1 km. Namun semua potensi yang ada ini hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan belaka jika tidak dikelola dan didayagunakan secara tepat dan bijak.

Senin, 21 Juni 2010

HEBOH PEMBAKARAN RUMAH


Setelah sekian waktu ( lebih kurang setahun, boss ) saya tidak menulis di blog ini, hari ini saya kembali teringat dan tiba-tiba merasa sangat ingin untuk kembali menulis.

Kali ini saya ingin bercerita tentang beberapa kejadian (sedikit misterius?) di Kecamatan Peranap belakangan ini. Kejadian tersebut
bermula dari musibah terbakarnya pasar peranap yang kemudian disusul oleh beberapa kali gagalnya usaha pembakaran rumah warga oleh orang tak dikenal. Nah hal terakhir inilah yang saya kategorikan 'sedikit misterius' tadi.


Beberapa orang warga yang saya jumpai mengaku heran dengan fenomena ini. Mulanya, kepanikan terjadi saat musibah kebakaran pasar Peranap yang terjadi sekitar pukul 00.30 dini hari tanggal 1 Juni 2010. Belum lagi hilang trauma, selang beberapa waktu sejumlah kejadian beruntun kembali berulang, membuat sejumlah orang menduga-duga dan berspekulasi. Kejadian-kejadian tersebut antara lain terbakarnya sejumlah pintu warung/ kedai dan rumah penduduk secara berurutan; gagalnya aksi pembakaran beberapa bengkel; dan terakhir, terbakarnya kamar mesin Mushallah Muqarabbin dan sebuah kamar mesin penduduk di Kampung Jawa. Modus dan kronologisnya hampir sama, yakni kejadian berlangsung malam hari dan beberapa saat sebelum kejadian sejumlah warga mengaku melihat orang tak dikenal berkeliaran di lokasi. Hebatnya lagi, di daerah Kampung Jawa masyarakat berhasil menggagalkan aksi pelaku dan berhasil mendapatkan sejumlah barang bukti berupa kain yang sedang terbakar yang digantung di dinding rumah dan botol yang berisi minyak tanah.

Menurut Kepala Lingkungan II Kelurahan Peranap, M. Taher, desas desus ditengah masyarakat semakin beragam. Ada yang menduga hal ini adalah ulah orang stress akibat kebakaran pasar tempo hari, namun tidak sedikit pula yang beranggapan ini dikarenakan ulah orang yang sedang melakukan pengetesan terhadap ilmu hitam yang dituntutnya. Wallahu 'alam bishshawaf...

Menurut pantauan saya, cerita tentang kejadian ini memang telah mengalahkan hiruk pikuk nya pesta sepakbola terbesar sejagad piala dunia 2010 di Afrika Selatan dan hingar bingar nya pemberitaan video mesum yang (sampai sejauh ini masih diduga) dilakukan oleh orang mirip artis beken Ariel Peterpan dan Luna Maya serta Cut Tari. Hehe..

Tidak kurang dari mulai Pak Camat, Pak Kapolsek, Lurah dan ninik mamak menaruh perhatian serius terhadap masalah ini. Saat ini memang telah berlaku ronda malam di hampir setiap penjuru Kelurahan Peranap. Semoga peristiwa ini cepat berlalu dan si pelaku dapat tertangkap dan mempertanggung jawabkan perbuatannya sesuai hukum yang berlaku. Apapun itu, saya yakin rencana Allah jauh lebih hebat dari rencana siapapun jua. Percayalah...

Sabtu, 20 Juni 2009

ADAKAH AMALAN KHUSUS DI BULAN RAJAB??

Setelah sekian lama tanpa update, kali saya mencoba untuk kembali menulis di blog ini. Dikarenakan sebentar lagi kita memasuki bulan rajab, maka saya posting sebuah artikel menarik tentang Bulan Rajab yang ambil dari sebuah majalah. Semoga bermanfaat


Jauhnya sebagian umat Islam dari ajaran agamanya mengakibatkan mereka tak mampu membedakan antara ajaran agama atau bukan. Sesuatu yang merupakan ajaran agama terkadang dipandang bukan ajaran agama. Sebaliknya, sesuatu yang bukan ajaran agama justru dipandang sebagai ajaran agama.


Di sinilah peran ilmu syar'i sangat penting dan menentukan, sehingga seseorang tak salah dalam mengklasifikasikan suatu persoalan, ushuliyah kah (pokok/prinsip) atau tergolong masalah furu'iyah (cabang) yang di dalamnya terbuka pintu ijtihad dan perbedaan pendapat.


Di sisi lain, ada beberapa persoalan yang secara jelas termasuk yang diada-adakan dalam agama ini yang seharusnya ditinggalkan karena tidak berdasarkan dalil yang jelas dan tegas, tetapi diamalkan oleh sebagian besar umat Islam


Dalam hal ini ada dua kemungkinan, yaitu:


Pertama, bisa jadi mereka melakukan amalan tersebut karena tidak tahu bahwa hal itu tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga menganggapnya sebagai ajaran agama.


Kedua, mengetahui bahwa hal itu sebagai perbuatan yang tidak ada dasar dan dalilnya, tetapi dengan berbagai dalih dan pembenaran yang dipaksakan, mereka melakukan perbuatan tersebut, sehingga semakin memantapkan orang-orang awam bahwa hal itu merupakan ajaran agama yang harus diamalkan.



Padahal, Allah Ta’ala tidak menerima amalan seseorang, kecuali yang memang merupakan ajaran agama dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda,"Barangsiapa melakukan suatu amalan tidak atas perintahku maka amalan itu tertolak." (HR. Muslim).


Ajaran Yang Tidak Ada Perintah Dari Rasululllah shallallahu ‘alaihi wasallam, Tapi Membudaya Dan Diamalkan Umat.


Di antara persoalan yang termasuk tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetapi kebanyakan umat Islam melakukannya adalah memilih bulan Rajab untuk melakukan ibadah-ibadah khusus, misalnya puasa sebulan penuh atau sebagiannya, dan meyakininya memiliki keutamaan yang besar. Atau -dan ini turun temurun sejak nenek moyang- menyelenggarakan peringatan Isra' Mi'raj pada malam 27 Rajab atau malam lain di bulan tersebut.


Biasanya, peringatan Isra' Mi'raj itu diselenggarakan di dalam masjid. Masyarakat yang hadir dalam peringatan tersebut dari berbagai kalangan . Dari orang-orang awam, ulama hingga para pejabat.


Karena sangat semarak dan ramainya peringatan Isra' Mi'raj tersebut, kadang-kadang umat Islam yang hadir lupa bahwa mereka sedang berada di rumah Allah Ta’ala. Akhirnya tak terhindarkan lagi bercampurnya kebenaran dan kebatilan dalam masjid tersebut, sehingga masjid itu berubah fungsinya menjadi tempat keramaian dan bersenang-senang/ hiburan.


Masjid-masjid itu boleh dan sah diadakan berbagai pertemuan yang diselenggarakan di dalamnya, jika berupa majlis ta'lim, mengaji kandungan al-Qur'an al-Karim atau halaqah ilmu-ilmu agama, berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla, memusyawarahkan perkara-perkara yang bermanfaat bagi umat dan lain-lain yang masih dalam kerangka beribadah kepada Allah subhanahu wata’ala.


Masjid bukan tempat peringatan dan pertemuan yang tujuannya sempit dan terbatas, tanpa memperdulikan apakah hal tersebut diridhai Allah Ta’ala atau dimurkaiNya.


Dan perlu kita ketahui, sesungguhnya acara-acara penyelenggaraan peringatan Isra' Mi'raj tersebut tidaklah pernah diperintahkan dan dicontohkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.


Biasanya orang-orang datang dalam peringatan Isra' Mi'raj tersebut untuk mendengar beberapa hal:


Pertama: Pembacaan ayat-ayat suci al-Qur'an dari seorang qari' terkenal dengan suara meliuk-liuk yang bisa diduga agar -wallahu a'lam- mendapatkan simpati dan kekaguman dari para pendengarnya.


Kedua: Mendengarkan ceramah agama, yang biasanya oleh seorang yang dikenal pandai melucu di sela-sela ceramahnya. Atau oleh orang yang pandai berkomunikasi dengan para pendengarnya. Adapun kriteria kadar keilmuan dan kewara'an sang penceramah merupakan sesuatu yang hampir terlupakan.



Acara-acara di atas menelan biaya cukup besar, bahkan ada yang hingga puluhan juta rupiah. Dan, bila acara tersebut terselenggara dengan baik, peringatan Isra' Mi'raj pun dianggap sukses.


Orang-orang awam menganggap bawah itulah agama, itulah ajaran Islam. Dan mungkin sebagian mereka beranggapan, asal telah menyelenggarakan berbagai acara tersebut, berarti mereka telah menunaikan kewajiban agama.


Tidak sedikit mereka yang percaya dengan upacara peringatan-peringatan itu tidak menjaga shalatnya, berbalikan dengan semangat mereka menyelenggarakan berbagai macam peringatan tersebut. Bahkan tak jarang di antara mereka ada yang datang ke masjid hanya sekali dalam seminggu karena harus melaksanakan shalat Jum'at.


Ini adalah keawaman umat Islam. Karena itu kewajiban para ulama pewaris para Nabi menerangkan ajaran Islam kepada umatnya tanpa menyimpangkannya atau menghiasai kebenaran dengan kebatilan, dengan maksud untuk lebih menarik simpati dan mendapatkan banyak pengikut.


Perkara lain yang tidak ada contoh dan tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di bulan Rajab adalah -ini biasanya dilakukan oleh sebagian wanita muslimah- ziarah kubur pada hari Kamis, pekan pertama dari bulan Rajab. Dalam ziarah tersebut mereka membawa berbagai makanan lezat, buah-buahan segar dan minuman yang serba enak. Berbagai bawaan itu mereka bagi-bagikan kepada orang-orang yang sedang berkerumun di kuburan. Dan, sebagiannya membacakan al-Qur'an di beberapa sudut pekuburan. Perbuatan yang mereka anggap baik itu, justeru menjerumuskan mereka pada lumpur dosa.


Pertama: Mereka menyiapkan dirinya mendapat laknat Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan buruk atas para wanita yang berziarah kubur, sebagaimana dalam sabda beliau,"Allah Ta’ala melaknat para wanita yang berziarah kubur, mereka yang membangun masjid-masjid di atasnya, dan meneranginya dengan lampu-lampu." (HR. Abu Daud dan lainnya, Ahmad Syakir berkata, hadits hasan).


Kedua: Membagi-bagikan sedekah di kuburan akan membuat fitnah kepada manusia, sebab mereka akan berebut pergi ke lokasi-lokasi kuburan tempat pembagian sedekah. Lalu apa pula landasan para wanita tersebut, sehingga harus mengkhususkan membagi-bagikan sedekah di kuburan? Apakah sedekah hanya diterima jika dibagi-bagikan di kuburan? Padahal Allah Ta’ala akan menerima setiap sedekah, asalkan dikeluarkan dengan ikhlas, kapan dan di mana pun sedekah itu dikeluarkan.


Ketiga: Allah Ta’ala menurunkan Al-Qur'an sebagai peringatan bagi orang-orang hidup. Benar bahwa di dalam Al-Qur'an terdapat doa-doa yang berfaedah untuk pembacanya, yang merenungkan dan memahami isinya. Tetapi bukan untuk orang-orang yang telah wafat. Apa manfaat pembacaan ayat atau surat yang berisi tentang peringatan akan adzab Allah, kisah-kisah masa lalu, ayat-ayat hukum dalam soal harta waris, thalak, nikah, jihad, amar ma'ruf dan nahi munkar kepada orang yang telah meninggal dunia?


Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mendoakan orang yang telah meninggal dan memohonkannya ampun kepada Allah Ta’ala. Tetapi beliau tidak membacakan al-Qur'an atas mayit tersebut.


Adapun puasa pada bulan Rajab, dibolehkan selama merupakan kebiasaan orang yang melakukannya. Seperti bagi yang terbiasa melakukan puasa Senin-Kamis, atau puasa tiga hari pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan Hijriyah.



Hadits-hadits Palsu dan Tidak Shahih Seputar Bulan Rajab


Di antara hadits-hadits dha’if (lemah) dan maudhu' (palsu) yang sering dijadikan pegangan untuk amalan-amalan tertentu pada bulan Rajab adalah:


"Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku." Diriwayatkan secara mursal oleh Abu al-Fatah bin Abi al-Fawaris, dalam “Amaliyah” (Hadits dha’if, lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 3094, karya al-Albani).


"Sesungguhnya di Surga terdapat sungai yang dinamakan sungai Rajab. Airnya lebih putih daripada susu, (rasanya) lebih manis daripada madu. Barangsiapa puasa sehari dari bulan Rajab, maka Allah akan memberinya minum dari sungai tersebut." Diriwayatkan oleh Syairazi dalam Alqab (hadits maudhu', lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 1902, karya al-Albani).


"Barangsiapa puasa tiga hari dalam bulan haram (yakni hari) Kamis, Jum'at dan Sabtu, maka Allah menuliskan untuknya (pahala) ibadah (selama) dua tahun." (Hadits dha’if, lihat: “Dha’if al-Jami’, hadits no. 5649, karya al-Albani).


"Keutamaan bulan Rajab atas segenap bulan lain seperti keutamaan al-Qur'an atas segenap perkataan (manusia)." Ibnu Hajar berkomentar, hadits ini maudhu'. (Lihat: Kitab “Kasyfu al-Khafa’ 2/110, karya al-Ajaluni).


Mengkhususkan puasa pada bulan Rajab dan Sya'ban, sama sekali tidak berdasarkan pada dalil. Diriwayatkan bahwa Umar radhiallahu ‘anhu memukul orang yang berpuasa pada bulan Rajab. Selanjutnya beliau berkata, “Rajab adalah bulan yang sangat diagung-agungkan oleh orang-orang Jahiliyah.”(Shahih. Lihat: “al-Irwa’, hal. 957, karya al-Albani).


Ibnu Hajar berkata, “Tidak ada satupun hadits shahih tentang keutamaan bulan rajab, serta mengkhususkan puasa pada hari tertentu di dalamnya, juga tidak qiyamullail pada malam tertentu, yang bisa dijadikan dalil dalam masalah tersebut (Lihat: “Tabyinu al-’Ajab, hal.21, karya Ibnu Hajar).


Dalil Palsu Mereka Seputar Bulan Rajab


Adapun hadits-hadits maudhu' yang mereka jadikan dalil amalan mereka memang banyak. Untuk menjelaskan ketidak benaran dalil mereka, asy-Syaukani dalam “al-Fawaid al-Majmu'ah Fi al-Ahadits al-Maudhu-'ah” menyebutkan beberapa dalil mereka di antaranya:


"Perbanyaklah istighfar di bulan Rajab, karena sesungguhnya pada setiap saat daripadanya, Allah Ta’ala memerdekakan beberapa orang dari (adzab) Neraka." (Hadits maudhu').


"Barangsiapa berpuasa sehari di bulan Rajab dan melakukan qiyamullail pada suatu malam saja, niscaya Allah Ta’ala akan mengutus padanya pengaman pada hari Kiamat." (Hadits maudhu').


"Barangsiapa melakukan qiyamullail semalam dari bulan Rajab dan berpuasa sehari daripadanya, niscaya Allah Ta’ala akan memberinya makan dari buah-buahan Surga." (Hadits maudhu').


"Rajab adalah bulan Allah Ta’ala yang paling baik untuk berpuasa, karena Dia mengkhususkannya untuk diriNya. Barangsiapa berpuasa sehari daripadanya karena iman dan mencari ridha Allah subhanahu wata’ala, niscaya ia akan mendapatkan keridhaanNya." (Hadits maudhu').



Dari berbagai uraian di muka, jelaslah bahwa pengkhususan bulan Rajab untuk berbagai amalan dan ibadah tertentu bukanlah tuntunan dan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Cukuplah kita beribadah dan melakukan amalan sesuai dengan petunjuk dan tuntunan beliau.


(Redaksi Buletin an-Nur)


Sumber: Majalah Tauhid No. 7, Rajab 1405, Syaikh Muhammad Ali Abdur Rahim.

Selasa, 27 Januari 2009

ASAL MULA PENAMAAN BULAN DALAM TAHUN HIJRIYAH

Penamaan bulan dalam tahun Hijriyah didasarkan pada masa yang sedang dihadapi Bangsa Arab waktu itu. Berikut ini arti dan sebab penamaan dari setiap bulan tersebut.

* Muharram. Artinya yang diharamkan. Sebab dalam bulan itu dilarang menumpahkan darah atau berperang. Namun larangan itu tidak berlaku lagi sejak turun firman Allah swt dalam surat Al Baqarah ayat 191.

* Shafar. Artinya kosong. Ini karena pada bulan ini pemukiman Arab dahulunya kosong dari kaum laki-laki untuk pergi berniaga, merantau atau berperang.

* Rabi'ul Awal. Rabi' artinya menetap dan awal artinya pertama. Jadi awal menetapnya kaum laki-laki sekembali mereka dari merantau atau berniaga. Rasulullah lahir, diangkat jadi Rasul, melakukan hijrah dan wafat terjadi pada bulan ini.

* Rabi'ul Akhir. Artinya akhir dari masa menetap di rumah bagi kaum laki-laki.

* Jumadil Awal. Jumadi artinya kering, jadi artinya awal dari musim kemarau (kering).

* Jumadil Akhir. Artinya akhir dari musim kering atau kemarau.

* Rajab. Artinya mulia. Ini karena bangsa Arab tempo doeloe sangat memuliakan bulan ini.

* Sya'ban. Artinya berkelompok. Karena pada bulan ini lazimnya bangsa Arab berkelompok dalam mencari nafkah kemungkinan untuk waktu yang agak lama. Pada bulan ini terjadi perpindahan kiblat dari Baitul Muqaddas ke Ka'bah di Baitullah.

* Ramadhan. Artinya sangat panas. Merupakan satu-satunya bulan yang disebut dalam Al Qur'an. Bulan yang memiliki banyak kelebihan, keutamaan, kesucian dan keistimewaan. Peristiwa besar dalam bulan Ramadhan al: 1. Pertama kali Allah swt menurunkan Al Qur'an. 2. Lailatul Qadar, yakni suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan. 3. Kaum muslimin dapat menaklukkan kaum musyrik dalam perang Badar Kubra. 4. Nabi Muhammad saw berhasil mengambil alih kota Mekah dan mengakhiri penyembahan berhala yang dilakukan oleh kaum musyrik.
Sebutan lain untuk bulan Ramadhan adalah syahrul Qur'an, syahrul tilawah, syahrul shiyam, syahrul shabri, syahrul najah, syahrul rahmah, syahrul ala'i.

* Syawal. Artinya kebahagiaan. Karena kembalinya manusia kepada kesucian setelah menunaikan ibadah puasa dan membayar zakat serta saling bermaafan.

* Zulqaidah. Zul artinya pemilik dan qa'dah artinya duduk. Karena pada bulan ini merupakan waktu istirahat bagi kaum laki-laki. Mereka menikmatinya dengan duduk-duduk di rumah.

* Zulhijjah. Yang menunaikan haji. Sebab pada bulan ini umat Islam sejak Nabi Adam as menunaikan ibadah haji.

Penetapan tahun hijriyah dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Tepatnya pada hari kamis 8 Rabi'ul Awal tahun 17 Hijriyah ditahun keempat Umar berkuasa.

Jumlah bulan sebanyak 12 ini sesuai dengan firman Allah swt, "Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ada dua belas, dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi." (QS. At Taubah: 36)