SELAMAT DATANG..!

Terima kasih anda telah mengunjungi blog PERANAP.COM

Mari berbagi pengalaman dan pendapat disini ...

banyaklah buah perkara buah
buah mengkudu lekat di batang
banyaklah tuah perkara tuah
tuah melayu berkasih sayang..

Jumat, 19 Desember 2008

EDISI JUM'AT: SMS BERHADIAH atau JUDI BERBAHAYA??

Bagi anda yang sering menonton televisi sampai larut malam, pasti tidak asing dengan acara sms berhadiah di berbagai stasiun tv swasta. Kebanyakan acara ini di tayangkan larut malam sebagai penutup seluruh rangkaian acara pada hari itu. Terkadang ada pula kuis yang dilaksanakan siang atau pun sore hari.
Menariknya acara kuis yang sudah di fatwakan haram oleh MUI ini karena menyediakan hadiah yang menggiurkan semisal uang tunai 50 juta rupiah atau satu unit sepeda motor bahkan satu unit mobil. Pemandu kuisnya pula adalah satu sampai dua orang artis atau model cantik. Sekali sms peserta akan dikenakan biaya Rp.2000 ditambah ppn sepuluh persen jadi Rp.2200.

Dengan pertanyaan yang amat sangat gampang, biaya relatif terjangkau dan iming-iming hadiah besar yang menanti, siapa yang tidak tergerak untuk ikut? Pengelola kuis nampaknya memanfaatkan betul karakter masyarakat kita. Yang karena kemalasan dan kebodohan, tidak mau susah payah dan repot, tetapi mengharap hasil yang besar.
Bayangkan saja jika ada 0,5 persen saja dari penduduk kita yang mengikuti kuis ini, artinya sekitar satu juta orang. Kalau rata-rata mereka mengirim dua sms (kurang dari 5 ribu perak) berarti sudah ada dua juta sms, dikalikan 2.200 rupiah sama dengan 4,4 milyar rupiah! Apalah artinya mobil yang mereka sediakan dibanding hasil yang mereka dapat. Setelah dikurangi dengan biaya provider, jam siar, honor pemandu kuis, seluruh kru dan lain-lain, kita angggap saja hasil bersih pengelola sekitar 10 sampai 15 persen. Berapa jumlahnya? Antara 400 sampai 600 juta, itu baru satu malam bung! Hitung saja sendiri hasil mereka selama bulan Ramadhan yang lalu. Di bulan suci itu rata-rata kuis dilaksanakan dua kali. Menjelang berbuka dan menjelang sahur. Berapa banyak uang kaum muslimin yang terbuang sia-sia di sana.

Pengelola kuis judi ini nampaknya sengaja menayangkan pada waktu-waktu itu dengan harapan orang akan iseng meraih ponsel lalu mengikuti kuis. Ketika mata belum mau dipejamkan, kegiatan tidak ada, saluran lain semuanya kuis, orang akan tergoda untuk mengirim sms. "Sambil mengisi waktu senggang" atau "sambil menunggu waktu berbuka/ imsak" begitu slogannya. Ditambah pula peserta yang beruntung di telepon oleh pemandu kuis pada kesempatan sebelumnya tidak dapat menjawab pertanyaan "amat tolol" yang diajukan. Rasa tertarik dan penasaran untuk ikut pasti jadi lebih besar.

Inilah sebenarnya judi berkedok kuis. Mereka memanfaatkan kelengahan pengawasan oleh pemerintah. Padahal potensi kecurangan dalam kuis ini sangat besar. Tengok saja hasil pengacakan nomor pemenangnya. 08123456xxx. Siapa yang dapat memastikan itu adalah nomor sebenarnya. Bisa saja orang yang ditelepon tapi tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mudah itu adalah bagian dari mereka juga. Pasalnya untuk mengirim jawaban dengan format sms yang agak susah saja pesertanya rata-rata sudah bisa. Mengapa menjawab pertanyaan seumpama "siapakah raja dangdut indonesia?" mereka tidak bisa. Padahal jawaban yang disediakan hanya dua; A. Rhoma irama dan B. Ikke nurjanah. Terkadang ada pula penelepon yang "beruntung" itu terkesan mengulur waktu sehingga telepon nya diputus sebelum pertanyaan terjawab. Lalu menjelang pengacakan berikutnya, pemirsa masih "diberi kesempatan" untuk sms lagi. Gunanya tidak lain adalah agar mereka yang penasaran makin banyak mengirim sms jawaban.

Demikianlah kenyataan ditengah-tengah kita. Sekarang terpulang kepada kita untuk menyikapi kegitan sms berhadiah atau lebih tepatnya judi sms ini. Apakah kita akan menggunakan akal sehat dan logika kita yang rasional atau mengikuti nafsu tamak dan kedunguan kita?
Mudah-mudahan bermanfaat.

Minggu, 14 Desember 2008

Pelaksanaan ibadah Qurban 1429H


Foto pelaksanaan ibadah qurban pada Idul Idha 1429 H yang lalu

Jumat, 05 Desember 2008

EDISI JUM'AT: IBLIS

Kehidupan manusia di bumi ini memang telah diatur Allah SWT. Kedudukan sebagai khalifah dan makhluk sempurna dibayangi dengan sesosok makhluk pengganggu dan penggoda bernama iblis. Makhluk ini dapat ikut serta dalam segala kegiatan kehidupan umat manusia, bahkan sampai kedalam hal ibadah.
Demikian berbahayanya iblis sampai-sampai hanya satu hal saja yang diperlukan manusia agar selamat di dunia dan akhirat yakni terhindar dan "selamat" dari gangguan iblis dan syaithan.

Menurut suatu riwayat, iblis ini dahulunya berasal dari segolongan jin yang taat. Sedemikian taatnya sehingga mereka di beri gelar "al Muqarabbin", yakni yang sangat dekat dengan Allah Swt. Iblis sebenarnya lebih dahulu berada di surga dibanding Adam. Ingat ketika Allah swt memberitahu bahwa Ia akan menciptakan segolongan makhluk bernama manusia. Dikalangan bangsa jin dan iblis yang semula amat taat itu kemudian timbul penentangan bahwa Allah tidak perlu menciptakan manusia. Cukup makhluk yang sudah ada saja. Puncak dari penentangan itu adalah pembangkangan iblis ketika disuruh memberi penghormatan kepada Adam, seorang manusia yang pertama diciptakan Allah swt. Iblis yang diciptakan Allah dari api mengklaim dirinya lebih mulia dibanding Adam yang berasal dari tanah maupun Jin yang diciptakan dari cahaya. Lagi pula mereka merasa sudah dekat kepada Allah karena sudah ribuan tahun taat terhadap perintah Sang Pencipta. Karena merasa diri lebih mulia dan lebih taat itulah pada puncaknya menjadikan iblis sombong dan angkuh serta berani membangkang kepada Allah swt. Akibat dari pembangkangan itu, iblis diusir dari surga. Allah amat murka kepada makhluk yang angkuh dan sombong serta pembangkang. Kepada mereka diberi kelebihan dalam tiga hal yakni; mereka diberi umur panjang sampai dunia kiamat; mereka diizinkan mengganggu dan menggoda anak cucu keturunan adam yang bisa mereka pengaruhi; mereka mempunyai keturunan yang banyak.

Perbedaan iblis dan syethan adalah: kalau iblis adalah nama golongan bangsa mereka sedangkan syethan adalah iblis dan keturunan serta pengikutnya yang sedang menggoda manusia. Syethan dapat saja berujud dan berbentuk manusia.
Pada akhirnya tidak ada manusia yang tidak pernah digoda iblis dan syethan ini. Hanya saja ada manusia yang kuat iman nya dan ada pula yang lemah. Para Nabi dan Rasul pun tidak luput dari percobaan bujuk rayu mereka. Namun kepada Rasulullah Muhammad saw segala bujuk rayu syethan tidak pernah berhasil.

Kembali kepada kehidupan kita, ada beberapa hal yang dapat kita jadikan hikmah dari kejadian ini. Antara lain, jangan sombong. Sehebat apapun ilmu dan setaat apapun ibadah tidak akan ada gunanya kalau kita sombong, angkuh dan takabur. Iblis sudah pernah merasakan berada di surga. Pernah amat taat sehingga menjadi dekat dengan Allah. Tapi karena merasa lebih mulia dan lebih taat itulah yang menyebabkan mereka dilaknat Allah swt.
Kemudian kita mesti ingat bahwa syethan selalu mengintai dan berusaha menyesatkan kita dalam segala gerak kehidupan kita. Pelihara dan tingkatkan terus iman agar syethan tidak menguasai diri kita.
Lalu, selalu lah mengingat dan memohon perlindungan dari Allah agar kita dijauhkan dan terhindar dari segala bujuk rayu dan tipu daya syethan yang terkutuk. Ingatlah selalu bahwa kita adalah makhluk yang lemah, makhluk yang dhaif. Kita tidak dapat berbuat apa-apa tanpa izin dan pertolongan Allah azza wa jalla.
Mudah-mudahan bermanfaat. amin..

Rabu, 03 Desember 2008

PESTA DEMOKRASI: sindrom lima tahun sekali yang menggelikan.

Menjelang pemilu yang akan digelar beberapa bulan lagi, ada beberapa hal yang amat menggelikan terjadi di sekitar lingkungan kita sekarang ini.

Hal itu adalah; pertama, maraknya penempelan atribut partai dan para calon anggota legislatif (caleg) mereka.

Kenapa menggelikan? karena penempelan dan pemasangan atribut dilakukan disembarang tempat. Di pohon-pohon pinggir jalan, di tiang listrik, di pagar masjid, di pagar rumah warga, di tower seluler dan di jembatan. Pokoknya asal ada tempat kosong dan strategis, langsung dipasang. Tak peduli apakah mengganggu atau membahayakan pengguna jalan. Bahkan tanpa perlu minta izin dari si empunya rumah. Padahal seingat saya sudah ada aturan dari KPU mengenai ini. Kapan waktu mulai dipasang atribut, dimana tempat yang tidak boleh dipasang dan apa saja isi yang boleh dipublikasikan. Lalu mengapa masih dilanggar?
Itu dia. Sebagian kader tidak tahu menahu tentang segala aturan KPU tersebut. Malahan yang lebih parah lagi ada caleg yang tidak mengerti aturan dari sebuah kompetisi yang akan diikutinya. He..he..he..
Benar.! Saya pernah tanya kepada seorang caleg yang sedang asyik memasang atribut diri dan partainya. Saya tanya, "apakah dibenarkan memasang atribut di tiang listrik atau di sarana umum?" apa jawabnya? NGGAK TAHU.!
Apa jadinya kalau caleg yang tidak tahu aturan ini terpilih? Entahlah.
Apalagi ditanya berapa jumlah BPP (bilangan pembagi pemilih) agar seorang caleg dapat menduduki kursinya, lebih tak tahu lagi dia. Berapa jumlah daftar pemilih tetap di daerah pemilihannya pun ada caleg yang tidak tahu. Masya Allah..ampun.!

Kedua, latar belakang dari si caleg. Kalau untuk DPR, DPD dan DPRD Propinsi mungkin tidak begitu terperhatikan. Tapi untuk caleg DPRD kabupaten biasanya tinggal di kecamatan yang sama dengan calon pemilihnya. Sebagian parpol (biasanya partai gurem) asal comot saja dalam pengisian daftar caleg. Yang penting kuota terpenuhi dan lolos verifikasi KPU serta dapat meyakinkan bahwa dia punya massa. Maka jadilah ia caleg lalu segala atribut yang diperlukan akan dikirim dari tingkat diatasnya. Si caleg yang di bawah tinggal memasang dan menjaga keselamatan dari atribut tadi. Kemudian terpampang lah wajah si caleg DPRD kabupaten tadi berdampingan dengan caleg DPRD propinsi dan DPR dimana-mana. Padahal mereka tidak sadar diposisikan sebagai "tukang pasang sekaligus penjaga atribut" saja oleh caleg diatasnya. Bukankah yang harus terus berinteraksi dan memiliki massa riil seharusnya adalah caleg paling bawah ini. Mereka mestinya adalah orang-orang berbobot dengan bekal pengalaman cukup dan kualitas sumber daya manusia yang memadai. Kalau hal ini tidak diperhatikan secara serius oleh parpol, maka akibatnya akan sangat berbahaya bagi perolehan suara parpol tersebut. Bayangkan bila orang yang tidak jelas juntrungannya di masyarakat dan merokok pun mengharap dari "ongkos memasang" atribut seperti tadi yang dijadikan caleg dan sekaligus peraup suara? Ah jadi geli lagi..

Yang ketiga, pola pikir masyarakat pemilih nya. Ada anggapan di sebagian masyarakat kita bahwa menjelang pemilu adalah musim proposal. Minimal satu caleg dalam setiap partai pada suatu daerah pemilihan hampir dipastikan pernah menerima permohonan bantuan dari masyarakat. Baik atas nama kegiatan pemuda, kegiatan keagamaan maupun dalam bentuk lainnya. Karena takut dianggap tidak memperhatikan rakyat, sekaligus mengharap suara, para caleg itu bakal mengabulkan paling tidak setengah dari jumlah yang diminta. Istilah nya, " kalau pun tak penuh ke atas, penuh ke bawah pun tak apa", yang penting ada. Saya dapat memahami dilema yang dihadapi para caleg ini. Di satu sisi mereka tidak ingin di cap pelit (yang akan berakibat kepada perolehan suara yang minim), namun di sisi lain mereka juga tidak bakal kuat memenuhi setiap permintaan dari masyarakat. Kenyataannya, hampir setiap proposal dibuat rangkap sebanyak jumlah caleg yang ada. Tinggal mengganti nama tujuan proposal saja. Bereslah.
Kalau tidak percaya, tanyalah kepada petugas foto kopi dan pemilik rental komputer. Mereka rata-rata tahu hal ini. Masyarakat beralasan inilah saatnya mencicipi uang dari para calon anggota dewan yang terhormat itu. Kalau menunggu setelah mereka dilantik, sama saja dengan menggantang asap katanya. Jangankan mendapatkan bantuan, berjumpa pun susahnya minta ampun kalau mereka sudah menjadi anggota dewan. Mumpung sekarang mereka sedang butuh pemilih, masyarakat lalu memanfaatkan situasi ini. Memang tidak semua seperti yang saya kemukakan, tapi juga tidak sedikit jumlahnya yang demikian. Bayangkan, jika untuk satu kegiatan yang membutuhkan dana sekitar 2 sampai 3 juta rupiah saja, lalu dibuat proposal kepada 15 caleg (dengan asumsi kurang dari setengah jumlah parpol yang ada), dan masing-masing proposal menghasilkan paling sedikit lima ratus ribu rupiah. Bisa mencapai antara 7 sampai 10 juta rupiah.!! Karena kebanyakan caleg bawah ini kewalahan dalam hal pendanaan, mereka lalu meneruskan pula proposal tadi kepada para caleg diatasnya. Lalu karena yang merekomendasikan adalah calegnya di bawah, para caleg tingkat atas ini lalu mengirimkan sejumlah uang untuk membantu. Syukur-syukur bantuan itu tidak "disunat" pula oleh caleg tingkat bawah tadi. Tapi yang jelas, sewaktu menyerahkan bantuan, sang caleg akan mengatakan bahwa bantuan itu berasal dari dia pribadi bukan dari caleg diatasnya. Demi gengsi lah.
Kemudian tak pula ada jaminan bahwa penerima bantuan akan memilih caleg yang telah memberikan bantuan. Lagi-lagi bikin geli.